Lagi-lagi pria itu menolong
tetangganya. Tidak hanya tetangganya tetapi juga orang-orang yang berada
disekitarnya. Hampir setiap hari ia melakukan itu. Dia adalah Pak Burhan. Ya,
Pak Burhan memiliki jiwa penolong serta tanggung jawab yang tinggi. Tak heran
jika ia dikenal warga akan kebaikannya. Pak Burhan tinggal bersama istri dan
dua orang anaknya. Ia berasal dari keluarga yang sederhana.
Para tetangga serta kerabat mengenal
Pak Burhan sebagai sosok laki-laki yang sangat baik. Pernah saat itu, Pak
Burhan bertemu seorang nenek tua yang sedang kelaparan. Pak Burhan tak tega
melihatnya, lalu ia memberikan sedikit rezekinya kepada nenek itu. Padahal uang
itu baru saja ia dapatkan untuk membeli hadiah ulang tahun anaknya.
Seperti biasa, Pak Burhan pergi
bekerja. Ia merupakan seorang pegawai kantoran. Memang jabatannya tidak tinggi,
tetapi usaha dan niatnya dalam bekerja patut diteladani. Hasil kerja Pak Burhan
selalu membuat atasannya bangga.
“Burhan!” panggil Joni, teman Pak
Burhan.
“Iya Jon, ada apa?” tanya Pak Burhan
seraya menengok ke arah Joni.
“Tadi kamu dipanggil oleh Pak Surya
ke ruangannya,” kata Joni.
“Ada apa ya kira-kira? Gak biasanya Pak Surya panggil saya
tiba-tiba kayak gini,” ucap Pak Burhan dengan sedikit bingung.
“Aduh, saya kurang tahu kalau itu, “
balas Joni.
“Ya sudah kalau gitu saya mau temui
Pak Surya dulu,” ucap Pak Burhan, lalu pergi meninggalkan Joni.
Hanya memerlukan waktu sekitar dua menit,
Pak Burhan sudah tiba di depan ruangan Pak Surya.
“Permisi, Pak. Tadi saya diberitahu
Joni, katanya Bapak panggil saya?” tanya Pak Burhan.
“Iya benar, saya memang memanggil
kamu,” jawab Pak Surya dengan nada serius dan tegas.
“Kalau boleh tahu, ada apa ya, Pak?”
tanya Pak Burhan lagi dengan raut wajah kebingungan.
“Saya mendapat kabar bahwa uang gaji
para karyawan hilang, dan kamu yang mengambilnya. Apa itu benar?” jelas Pak
Surya.
“Saya tidak mengambil uang tersebut
Pak,” bantan Pak Burhan.
“Saya tidak percaya. Apa buktinya
kalau bukan kamu yang mengambil uang tersebut?”
“Tapi Pak, memang bukan saya yang
mengambil uang tersebut. Saya berani bersumpah Pak,” Pak Burhan berusaha untuk
jujur, tetapi tetap saja atasannya itu tidak percaya akan pengakuan Pak Burhan.
“Sudahlah, kamu tidak punya bukti,
dan mulai sekarang kamu saya pecat. Lebih baik sekarang kamu siap-siap karena
polisi akan datang.”
Tak berapa lama polisi datang, Pak
Burhan pun dibawa oleh para polisi. Ia merasa ini sangat tidak adil, karena
memang bukan ia yang mengambil uang tersebut. Semua ini pasti hanya salah
paham. Tapi apa boleh buat, ia tidak memiliki bukti yang untuk meyakinkan Pak
Surya bahwa bukan ia yang mengambil uang tersebut.
Sesampainya di kantor polisi, Pak
Burhan langsung diajukan pertanyaan oleh polisi.
“Apa benar Bapak yang mengambil uang
tersebut?” tanya polisi itu.
“Saya berani bersumpah kalau bukan
saya yang mengambil uangnya Pak,” ucap Pak Burhan berusaha meyakinkan polisi
itu.
“Ya sudah, untuk beberapa hari Bapak
kami tahan dulu ya, sambil kami menyelidikinya lebih dalam lagi,” jelas polisi
yang tadi mengajukan pertanyaan pada Pak Burhan.
Sungguh sedih hati Pak Burhan saat
ini. Dipecat oleh atasannya, dituduh mengambil uang gaji para karyawan, dan
sekarang ia berada di kantor polisi untuk ditahan beberapa hari sampai
penyelidikan selesai. Pak Burhan tidak bisa membayangkan apabila istri dan
anaknya tahu bahwa sekarang ia berada di kantor polisi.
Di tempat lain, istri serta anaknya
sedang menunggu kedatangan Pak Burhan. Mereka khawatir terjadi apa-apa karena
sampai sekarang Pak Burhan belum juga pulang.
Kring
... kring ... kring
Telepon
rumah berdering. Aminah segera mengangkat gagang telepon tersebut.
“Selamat malam, bisa bicara dengan
Ibu Aminah?” tanya suara disebrang telepon.
“Iya saya Aminah, kalau boleh tahu
ini siapa ya?”
“Maaf Bu, kami dari kepolisian. Kami
hanya ingin memberitahu kalau suami ibu, Pak Burhan, sedang kami tahan di
kantor polisi.”
“Astagfirullah, suami saya kenapa
Pak?” tanya Aminah dengan gelisah.
“Untuk lebih jelasnya, ibu bisa
datang ke kantor polisi sekarang.”
“Baik, Pak. Saya akan segera ke
sana.”
Aminah langsung buru-buru pergi ke
kantor polisi. Di perjalanan, hati Aminah sangat tidak tenang. Yang ada
dipikirannya sekarang hanyalah Pak Burhan. Tak butuh waktu lama, Aminah telah
sampai di kantor polisi. Aminah langsung menemui polisi yang tadi meneleponnya
itu.
“Permisi, Pak. Saya Aminah, istri
Pak Burhan. Tadi saya ditelepon pihak kepolisian, katanya suami saya ditahan.
Apa itu benar Pak?” tanya Aminah.
“Benar, Bu. Pak Burhan kami tahan
sementara atas tuduhan mencuri,” jelas polisi tersebut.
“Tidak mungkin suami saya mencuri,
Pak. Saya paham betul bagaimana sifat suami saya. Tolong bebaskan suami saya
Pak,” pinta Aminah dengan wajah memelas.
“Maaf, Bu. Pak Burhan tetap harus
kami tahan untuk sementara waktu sampai penyelidikan selesai,” terang polisi
itu.
“Tapi saya yakin Pak, bukan suami
saya pelakunya. Saya mohon Pak, bebaskan suami saya. Kita memang orang susah,
tapi saya yakin suami saya tidak mungkin mencuri,” ujar Aminah.
“Iya Bu, tapi peraturan tetap
peraturan. Suami ibu akan tetap kami tahan hanya untuk sementara waktu, mohon
ibu bersabar ya,” kata polisi itu sambil berusaha menjelaskan pada Aminah.
Aminah sudah berusaha membujuk
polisi itu agar membebaskan suaminya, tetapi polisi itu tetap saja berkata
bahwa Pak Burhan akan tetap ditahan untuk sementara waktu. Aminah meminta
kepada polisi itu untuk bertemu dengan suaminya. Aminah bertanya pada suaminya
kenapa ini semua bisa terjadi. Pak Burhan menjelaskan semuanya mulai dari ia
dituduh mencuri hingga ia dibawa ke kantor polisi.
Sudah hari ketiga Pak Burhan berada
di kantor polisi, sampai saat ini belum ada perubahan apa-apa. Polisi pun
katanya masih menyelidiki kasus ini. Setiap hari Aminah selalu datang untuk
menjenguk Pak Burhan.
“Pak Burhan, penyelidikan kasus
bapak sudah terselesaikan. Bapak diminta menghadap kepada Pak Susilo untuk
penjelasan lebih rincinya,” ujar polisi itu.
“Baik, Pak. Terima kasih banyak.”
Pak Burhan jalan menuju ruangan Pak
Susilo, pemimpin polisi di kantor kawasan tersebut. Ia sangat menantikan hasil
penyelidikan tersebut yang akan menjadi penentu nasib hidupnya.
“Silahkan duduk Pak,” ujar Pak
Susilo sambil mempersilahkan Pak Burhan untuk duduk.
“Terima kasih Pak. Oh iya Pak,
bagaimana? Apakah saya terbukti bersalah?” tanya Pak Burhan dengan tidak sabar.
“Menurut hasil penyelidikan, Pak
Burhan dinyatakan tidak bersalah. Pelaku yang sebenarnya sudah kami amankan,”
jelas Pak Susilo.
“Alhamdulillah, terima kasih banyak
Pak.” ucap Pak Burhan sambil menangis bahagia karena ia dinyatakan tidak
bersalah.
Setelah dinyatakan tidak bersalah,
Pak Burhan dibebaskan dan kembali pulang ke rumahnya. Pak Surya, atasannya pun
memintanya untuk bekerja di perusahaannya kembali. Pak Burhan sangat bersyukur
karena pada akhirnya semua masalah ini terselesaikan dan ia dapat bekerja
seperti dulu lagi.
👌🏻👌🏻
ReplyDelete