Wednesday, September 12, 2018

Kejujuran Membawa Keberkahan


          Lagi-lagi pria itu menolong tetangganya. Tidak hanya tetangganya tetapi juga orang-orang yang berada disekitarnya. Hampir setiap hari ia melakukan itu. Dia adalah Pak Burhan. Ya, Pak Burhan memiliki jiwa penolong serta tanggung jawab yang tinggi. Tak heran jika ia dikenal warga akan kebaikannya. Pak Burhan tinggal bersama istri dan dua orang anaknya. Ia berasal dari keluarga yang sederhana.
            Para tetangga serta kerabat mengenal Pak Burhan sebagai sosok laki-laki yang sangat baik. Pernah saat itu, Pak Burhan bertemu seorang nenek tua yang sedang kelaparan. Pak Burhan tak tega melihatnya, lalu ia memberikan sedikit rezekinya kepada nenek itu. Padahal uang itu baru saja ia dapatkan untuk membeli hadiah ulang tahun anaknya.
            Seperti biasa, Pak Burhan pergi bekerja. Ia merupakan seorang pegawai kantoran. Memang jabatannya tidak tinggi, tetapi usaha dan niatnya dalam bekerja patut diteladani. Hasil kerja Pak Burhan selalu membuat atasannya bangga.
            “Burhan!” panggil Joni, teman Pak Burhan.
            “Iya Jon, ada apa?” tanya Pak Burhan seraya menengok ke arah Joni.
            “Tadi kamu dipanggil oleh Pak Surya ke ruangannya,” kata Joni.
            “Ada apa ya kira-kira? Gak biasanya Pak Surya panggil saya tiba-tiba kayak gini,” ucap Pak Burhan dengan sedikit bingung.
            “Aduh, saya kurang tahu kalau itu, “ balas Joni.
            “Ya sudah kalau gitu saya mau temui Pak Surya dulu,” ucap Pak Burhan, lalu pergi meninggalkan Joni.
            Hanya memerlukan waktu sekitar dua menit, Pak Burhan sudah tiba di depan ruangan Pak Surya.
            “Permisi, Pak. Tadi saya diberitahu Joni, katanya Bapak panggil saya?” tanya Pak Burhan.
            “Iya benar, saya memang memanggil kamu,” jawab Pak Surya dengan nada serius dan tegas.
            “Kalau boleh tahu, ada apa ya, Pak?” tanya Pak Burhan lagi dengan raut wajah kebingungan.
            “Saya mendapat kabar bahwa uang gaji para karyawan hilang, dan kamu yang mengambilnya. Apa itu benar?” jelas Pak Surya.
            “Saya tidak mengambil uang tersebut Pak,” bantan Pak Burhan.
            “Saya tidak percaya. Apa buktinya kalau bukan kamu yang mengambil uang tersebut?”
            “Tapi Pak, memang bukan saya yang mengambil uang tersebut. Saya berani bersumpah Pak,” Pak Burhan berusaha untuk jujur, tetapi tetap saja atasannya itu tidak percaya akan pengakuan Pak Burhan.
            “Sudahlah, kamu tidak punya bukti, dan mulai sekarang kamu saya pecat. Lebih baik sekarang kamu siap-siap karena polisi akan datang.”
            Tak berapa lama polisi datang, Pak Burhan pun dibawa oleh para polisi. Ia merasa ini sangat tidak adil, karena memang bukan ia yang mengambil uang tersebut. Semua ini pasti hanya salah paham. Tapi apa boleh buat, ia tidak memiliki bukti yang untuk meyakinkan Pak Surya bahwa bukan ia yang mengambil uang tersebut.
            Sesampainya di kantor polisi, Pak Burhan langsung diajukan pertanyaan oleh polisi.
            “Apa benar Bapak yang mengambil uang tersebut?” tanya polisi itu.
            “Saya berani bersumpah kalau bukan saya yang mengambil uangnya Pak,” ucap Pak Burhan berusaha meyakinkan polisi itu.
            “Ya sudah, untuk beberapa hari Bapak kami tahan dulu ya, sambil kami menyelidikinya lebih dalam lagi,” jelas polisi yang tadi mengajukan pertanyaan pada Pak Burhan.
            Sungguh sedih hati Pak Burhan saat ini. Dipecat oleh atasannya, dituduh mengambil uang gaji para karyawan, dan sekarang ia berada di kantor polisi untuk ditahan beberapa hari sampai penyelidikan selesai. Pak Burhan tidak bisa membayangkan apabila istri dan anaknya tahu bahwa sekarang ia berada di kantor polisi.
            Di tempat lain, istri serta anaknya sedang menunggu kedatangan Pak Burhan. Mereka khawatir terjadi apa-apa karena sampai sekarang Pak Burhan belum juga pulang.
            Kring ... kring ... kring
            Telepon rumah berdering. Aminah segera mengangkat gagang telepon tersebut.
            “Selamat malam, bisa bicara dengan Ibu Aminah?” tanya suara disebrang telepon.
            “Iya saya Aminah, kalau boleh tahu ini siapa ya?”
            “Maaf Bu, kami dari kepolisian. Kami hanya ingin memberitahu kalau suami ibu, Pak Burhan, sedang kami tahan di kantor polisi.”
            “Astagfirullah, suami saya kenapa Pak?” tanya Aminah dengan gelisah.
            “Untuk lebih jelasnya, ibu bisa datang ke kantor polisi sekarang.”
            “Baik, Pak. Saya akan segera ke sana.”
            Aminah langsung buru-buru pergi ke kantor polisi. Di perjalanan, hati Aminah sangat tidak tenang. Yang ada dipikirannya sekarang hanyalah Pak Burhan. Tak butuh waktu lama, Aminah telah sampai di kantor polisi. Aminah langsung menemui polisi yang tadi meneleponnya itu.
            “Permisi, Pak. Saya Aminah, istri Pak Burhan. Tadi saya ditelepon pihak kepolisian, katanya suami saya ditahan. Apa itu benar Pak?” tanya Aminah.
            “Benar, Bu. Pak Burhan kami tahan sementara atas tuduhan mencuri,” jelas polisi tersebut.
            “Tidak mungkin suami saya mencuri, Pak. Saya paham betul bagaimana sifat suami saya. Tolong bebaskan suami saya Pak,” pinta Aminah dengan wajah memelas.
            “Maaf, Bu. Pak Burhan tetap harus kami tahan untuk sementara waktu sampai penyelidikan selesai,” terang polisi itu.
            “Tapi saya yakin Pak, bukan suami saya pelakunya. Saya mohon Pak, bebaskan suami saya. Kita memang orang susah, tapi saya yakin suami saya tidak mungkin mencuri,” ujar Aminah.
            “Iya Bu, tapi peraturan tetap peraturan. Suami ibu akan tetap kami tahan hanya untuk sementara waktu, mohon ibu bersabar ya,” kata polisi itu sambil berusaha menjelaskan pada Aminah.
            Aminah sudah berusaha membujuk polisi itu agar membebaskan suaminya, tetapi polisi itu tetap saja berkata bahwa Pak Burhan akan tetap ditahan untuk sementara waktu. Aminah meminta kepada polisi itu untuk bertemu dengan suaminya. Aminah bertanya pada suaminya kenapa ini semua bisa terjadi. Pak Burhan menjelaskan semuanya mulai dari ia dituduh mencuri hingga ia dibawa ke kantor polisi.
            Sudah hari ketiga Pak Burhan berada di kantor polisi, sampai saat ini belum ada perubahan apa-apa. Polisi pun katanya masih menyelidiki kasus ini. Setiap hari Aminah selalu datang untuk menjenguk Pak Burhan.
            “Pak Burhan, penyelidikan kasus bapak sudah terselesaikan. Bapak diminta menghadap kepada Pak Susilo untuk penjelasan lebih rincinya,” ujar polisi itu.
            “Baik, Pak. Terima kasih banyak.”
            Pak Burhan jalan menuju ruangan Pak Susilo, pemimpin polisi di kantor kawasan tersebut. Ia sangat menantikan hasil penyelidikan tersebut yang akan menjadi penentu nasib hidupnya.
            “Silahkan duduk Pak,” ujar Pak Susilo sambil mempersilahkan Pak Burhan untuk duduk.
            “Terima kasih Pak. Oh iya Pak, bagaimana? Apakah saya terbukti bersalah?” tanya Pak Burhan dengan tidak sabar.
            “Menurut hasil penyelidikan, Pak Burhan dinyatakan tidak bersalah. Pelaku yang sebenarnya sudah kami amankan,” jelas Pak Susilo.
            “Alhamdulillah, terima kasih banyak Pak.” ucap Pak Burhan sambil menangis bahagia karena ia dinyatakan tidak bersalah.
            Setelah dinyatakan tidak bersalah, Pak Burhan dibebaskan dan kembali pulang ke rumahnya. Pak Surya, atasannya pun memintanya untuk bekerja di perusahaannya kembali. Pak Burhan sangat bersyukur karena pada akhirnya semua masalah ini terselesaikan dan ia dapat bekerja seperti dulu lagi.
           

Karya Afiifah Dinda Riany

1 comment:

LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa)

        Sebagai generasi bangsa, kita harus memiliki karakter yang baik. Salah satunya dapat dilakukan dengan kegiatan LDKS atau Latihan Da...